Namun manusia hidup tidak hanya dengan akalnya, tapi juga dengan nafsu. Dalam perjalanan hidup, tidak jarang Sang Nafsu menjadi panglima bahkan raja. Lebih ekstrim lagi, sampai memperbudak akalnya. Maka disaat itu jadilah manusia 'buta', tak mampu lagi berpikir. Persis bagai hewan, bahkan lebih sesat lagi.
Andaikan hidup ini hanya di dunia, peduli amat dengan itu semua. Manusia, hidup bebas sebebas-bebasnya, yang penting aku senang aku menang. Tetapi Allah yang maha Pencipta, maha Tahu dan (oleh karenanya) maha Bijaksana tidak menghendaki demikian.
Manusia perlu dan harus menggunakan potensi akalnya untuk berpikir demi masa depan itu. Jika lengah, bakal menyesal. Persoalannya, kapan itu harus dimulai?
0 comments:
Post a Comment